Di balik gemerlap dunia modeling dan kesederhanaan hari ini, terdapat kisah perjalanan yang jarang diketahui dari sosok Ida Yulidina. Lebih dari sekadar wajah yang menghiasi panggung, ia memiliki latar belakang pendidikan hukum yang membentuk cara pandangnya. Artikel ini akan mengupas perjalanan akademisnya, pilihan hidup yang sarat makna, serta bagaimana ia menjalani peran di antara sorotan publik dan kehidupan pribadi.
Perjalanan hidup Ida Yulidina, yang dikenal sebagai mantan model, menyimpan sisi akademis yang menarik. Ia tercatat pernah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad). Meskipun detail seperti tahun masuk, jurusan spesifik, atau jenjang pendidikan lanjut belum banyak terungkap, fakta ini memberikan gambaran bahwa di balik sosok yang dikenal publik, ia memiliki dasar intelektual yang kuat.
Pendidikan hukum yang ditempuhnya memberikan landasan berpikir yang kuat. Pemahaman mendalam tentang norma, keadilan, kontrak, dan perundang-undangan, sangat relevan dengan kehidupan publik dan hubungan sosial. Kemampuan berpikir kritis dan analitis ini kemungkinan besar membentuk cara Ida dalam memandang dunia.
Setelah meniti karier di dunia modeling, termasuk meraih gelar Juara 1 Wajah Femina pada tahun 1989, Ida memilih untuk mengurangi sorotan publik. Ia beralih peran menjadi pendamping di balik layar. Keputusan ini bukan berarti kehilangan identitas, melainkan sebuah transformasi peran dari sosok yang tampil di panggung menjadi figur yang mendukung dan menjaga keseimbangan keluarga.
Saat pelantikan Purbaya sebagai Menteri Keuangan pada 8 September 2025, perhatian publik tertuju pada Ida. Ketidakhadirannya dalam acara tersebut menjadi sorotan, sebagian orang menganggapnya sebagai isyarat bahwa perannya berbeda. Sejumlah artikel menyebutkan bahwa pada saat itu, ia mungkin tengah menjalankan tanggung jawab keluarga, seperti mengantar anak sekolah atau mengatur rutinitas rumah tangga.
Dalam kesehariannya, Ida memilih tampil sederhana. Ia kerap terlihat mengenakan busana modest, berjalan berdampingan dengan suami menggunakan transportasi umum, mengantre tiket di PRJ seperti masyarakat biasa, dan menggunakan tas dengan merek terjangkau. Langkah-langkah kecil ini menunjukkan bahwa berada di ranah publik tidak selalu berarti harus selalu bersinar. Kehadiran yang tenang dan bermakna adalah pilihan hidupnya.
Sebagai pendamping publik, Ida menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan ekspektasi publik dan kebutuhan privasi. Ia memilih untuk menjauh dari sorotan berlebihan, namun tetap menjaga citra yang konsisten: lembut, sederhana, dan berpegang pada prinsip. Transformasi dari model glamor menjadi figur pendamping yang penuh makna menunjukkan bahwa pengaruh yang mendalam seringkali tidak terlihat di media, melainkan terpancar melalui stabilitas, dukungan, dan integritas dalam kehidupan keluarga.
Artikel berikutnya akan mengulas sisi paling personal dari keluarga mereka, termasuk anak-anak, dinamika pola asuh di tengah sorotan publik, dan bagaimana Purbaya sebagai seorang ayah menghadapi tekanan dunia digital.