Suralaya, Banten – Dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) raksasa, Jawa 9 dan Jawa 10, resmi beroperasi penuh di kawasan Suralaya, Cilegon, Banten. Proyek strategis nasional ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Hutama Karya (Persero) dan Doosan Heavy Industry dari Korea Selatan. Kehadiran PLTU ini menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat sistem kelistrikan nasional, serta diharapkan mampu menerangi jutaan rumah tangga di Jawa dan Bali.
Dengan kapasitas gabungan mencapai 2.000 megawatt (MW), kedua PLTU ini diproyeksikan mampu menyediakan pasokan listrik yang cukup untuk sekitar 14 hingga 15 juta rumah tangga. Hal ini menandai langkah signifikan dalam peningkatan ketersediaan energi listrik bagi masyarakat. Pembangkit ini tidak hanya diharapkan meningkatkan pasokan listrik, tetapi juga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan industri dan ekonomi digital di Indonesia.
PLTU Jawa 9 dan 10 mengadopsi teknologi Ultra Super Critical (USC). Teknologi ini dikenal lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan sistem konvensional. USC memungkinkan pembakaran batubara pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan energi lebih besar dengan emisi yang lebih rendah. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan sistem penyaring debu berkapasitas besar yang mampu menyaring hingga 99 persen partikel. Selain itu, terdapat perangkat pencuci asap dan penurun gas beracun untuk meminimalkan dampak lingkungan.
Muhammad Fauzan, Direktur Operasi PT Hutama Karya, menjelaskan dampak positif dari proyek ini terhadap penyerapan tenaga kerja.
“PLTU Jawa 9 dan 10 bukan hanya soal pasokan energi, tapi juga soal pemberdayaan masyarakat dan transfer teknologi,” ujar Fauzan dalam keterangan resmi.
Proyek ini menyerap lebih dari 10.000 tenaga kerja selama masa konstruksi, dengan sekitar 30 persen di antaranya berasal dari masyarakat lokal di sekitar Cilegon dan Banten. Ini menunjukkan komitmen proyek dalam memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah.
Pembangkit listrik ini telah mulai mengalirkan listrik ke jaringan nasional sejak Maret dan Mei 2025. Kini, kedua PLTU telah beroperasi penuh dan terintegrasi dengan sistem transmisi Jawa-Bali. Dengan tambahan kapasitas 2.000 MW, pasokan listrik nasional meningkat sekitar 6,4 persen.
PLTU Jawa 9 dan 10 juga dirancang untuk mendukung transisi energi di masa depan. Sistemnya memungkinkan konversi ke bahan bakar alternatif yang lebih bersih, seperti biomassa atau co-firing. Langkah ini menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan energi dan pengurangan emisi karbon.
Pemerintah menyambut baik kehadiran pembangkit ini sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan energi nasional. Menteri ESDM menyatakan bahwa proyek ini menjadi contoh sinergi antara BUMN dan mitra internasional. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mendorong pembangunan infrastruktur energi yang berkelanjutan.
Di sisi lain, sejumlah kelompok pemerhati lingkungan tetap mengingatkan pentingnya pengawasan emisi dan transparansi data operasional. Mereka mendorong agar PLTU ini benar-benar menjalankan komitmen ramah lingkungan.
Meskipun menggunakan batubara sebagai bahan bakar, PLTU Jawa 9 dan 10 disebut sebagai salah satu pembangkit termal paling efisien di Asia Tenggara. Efisiensi tinggi dan sistem kontrol emisi menjadi nilai tambah dalam menghadapi tantangan transisi energi.
Dengan beroperasinya PLTU ini, masyarakat Jawa dan Bali diharapkan menikmati pasokan listrik yang lebih stabil, terjangkau, dan berkelanjutan. Pemerintah juga menargetkan peningkatan rasio elektrifikasi nasional hingga 100 persen dalam beberapa tahun ke depan.
Proyek ini menjadi simbol kemajuan infrastruktur energi Indonesia, sekaligus pengingat bahwa transisi menuju energi bersih harus tetap menjadi prioritas jangka panjang.