Slogan “PU 608” kini menghiasi berbagai ruang publik, mulai dari baliho hingga unggahan media sosial Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Perubahan ini menandai transformasi identitas kementerian, yang sebelumnya bernama Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Lebih dari sekadar pergantian nama, perubahan ini mencerminkan wajah baru yang lebih sederhana, fokus, dan berorientasi pada hasil nyata.
Slogan “PU 608” menjadi pedoman dalam menyusun arah kebijakan pembangunan infrastruktur nasional untuk lima tahun mendatang. Ini bukan sekadar hiasan, melainkan kompas yang mengarahkan setiap kebijakan dan proyek Kementerian PU.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PU, Lisniari Munthe, menjelaskan makna mendalam di balik “PU 608”. Slogan ini menjadi acuan dalam setiap kebijakan dan proyek kementerian, dengan setiap angka memiliki arti penting.
“Angka 6 berarti target efisiensi investasi atau ICOR harus di bawah 6. Angka 0 adalah tekad menekan kemiskinan hingga mendekati nol. Sedangkan angka 8 mencerminkan ambisi kita mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun. Jadi setiap proyek PU harus menyumbang langsung ke arah itu,” ujar Lisniari.
Pernyataan ini menegaskan bahwa slogan PU 608 bukan hanya sekadar simbol visual, melainkan sebuah arah pembangunan yang konkret.
Perubahan nama kementerian memperjelas fokus kerja, yang kini lebih terarah pada pembangunan infrastruktur dasar yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat luas. Lisniari mencontohkan tiga proyek prioritas yang diusung dengan semangat PU 608.
**Sekolah Rakyat di Daerah Terpencil**
Pembangunan sekolah rakyat di daerah terpencil bertujuan untuk membuka akses pendidikan yang lebih layak.
Lisniari menjelaskan, “Sekolah Rakyat adalah bukti bahwa infrastruktur bisa jadi pintu keluar dari lingkaran kemiskinan. Dengan fasilitas yang layak, anak-anak di desa terpencil punya kesempatan yang sama untuk maju.”
**Dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG)**
Kementerian PU juga mendukung program MBG melalui pembangunan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Proyek ini mencakup penyediaan bangunan, instalasi air bersih, hingga sanitasi.
“Dapur MBG bukan hanya soal fisik, tapi soal generasi masa depan. PU hadir memastikan tempat itu higienis, aman, dan berfungsi untuk menyediakan makanan sehat bagi anak-anak,” jelasnya.
**Proyek Pengairan Desa**
Untuk mendukung produktivitas pertanian, PU membangun saluran irigasi yang menjamin suplai air bagi petani, terutama saat musim kemarau.
Lisniari melanjutkan, “Kalau petani bisa panen dengan baik, dampaknya langsung ke penurunan kemiskinan dan peningkatan ekonomi lokal. Inilah makna nyata dari nol persen kemiskinan dan delapan persen pertumbuhan.”
Lisniari mengakui adanya berbagai tantangan dalam implementasi, seperti koordinasi antarinstansi, keterbatasan anggaran, dan kebutuhan pengawasan yang ketat. Namun, ia menekankan bahwa slogan PU 608 adalah janji yang harus diwujudkan, bukan hanya sekadar angka atau simbol.
“Kita optimis, PU 608 bisa menjadi landasan nyata agar pembangunan infrastruktur tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga memberi dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Dengan slogan PU 608, Kementerian PU menegaskan komitmennya sebagai penggerak pembangunan infrastruktur nasional. Transformasi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. PU 608 menjadi representasi arah baru: lebih fokus, lebih ringkas, dan berorientasi pada hasil nyata.