Kris Mariyono, mantan reporter RRI Surabaya, membuktikan bahwa usia pensiun bukan penghalang berkarya. Kamis (17/7/2025), ia meluncurkan buku antologi puisi dan esai keduanya, “Rona Rona Kehidupan,” di Sanggar Alang-alang, Surabaya. Peluncuran buku ini bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-66.
Buku setebal 118 halaman ini berisi 66 karya Kris, terbagi dalam empat bab: Rona Pribadi, Rona Sahabat, Rona Alam, dan Rona Kehidupan. Antologi tersebut diperkaya dengan pengantar dan testimoni dari berbagai tokoh, termasuk komedian Djadi Galajapo, wartawan senior Amang Mawardi, Ketua Yayasan Pendidikan 17 Agustus 1945 J. Subekti, sastrawan Zoya Herawati, budayawan Henry Nurcahyo, dan dua pendiri Swayanaka, Prof. dr. Noerwati dan dr. Sundari.
Acara peluncuran dihadiri sekitar 20 anak jalanan binaan Sanggar Alang-alang, yang dipimpin Didiet HP (73 tahun), mantan reporter TVRI Surabaya. Beberapa sahabat Kris juga turut hadir, di antaranya Widodo Basuki (Pimred majalah *Jaya Baya*), Amang Mawardi, Ita Nafsiah, Denting Kemuning, Dokter Sundari, dan Arief Wong.
Kris sengaja memilih Sanggar Alang-alang sebagai lokasi peluncuran. Ia ingin memotivasi anak-anak jalanan untuk semangat belajar dan berkreasi, sekaligus mengingat persahabatannya dengan Mbah Didiet, panggilan akrab Didiet HP. Kris terinspirasi oleh program *features* besutan Didiet di era 80-90an di TVRI Surabaya yang berjudul “Rona Rona”.
“Judul programnya Rona Rona. Saya terinspirasi dengan program *features* itu, maka buku antologi ini saya beri judul Rona Rona Kehidupan. Ini salah satu alasan kenapa saya bikin acara di Sanggar Alang Alang, sekalian tilik sahabat lama dan kakak senior saya di Akademi Wartawan Surabaya (kini Stikosa AWS),” jelas Kris.
Didiet HP, yang telah membina Sanggar Alang-alang selama kurang lebih 30 tahun, menyambut antusias peluncuran buku tersebut.
“Saya senang bisa bertemu sahabat lama saya. Semoga membawa hikmah dan memacu semangat saya dan anak-anak sanggar,” ungkap Didiet.
Kris Mariyono dikenal aktif di berbagai komunitas literasi dan seni. Ia menjabat sebagai Ketua Komunitas Warumas (Wartawan Usia Emas) yang telah menerbitkan tujuh buku antologi puisi bersama, Ketua Komunitas Perupa Delta (Komperta), pembina Komunitas Guru Penulis Sidoarjo (KGPS), pengurus Komunitas Seni Budaya Brang Wetan, dewan pengurus Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda), dan penulis di majalah *Media PGRI*. Dedikasi dan semangatnya dalam dunia literasi patut diapresiasi.