Keracunan MBG di 6 Daerah: Benarkah Standar Kebersihan Sekolah Bobrok?

Keracunan MBG di 6 Daerah Benarkah Standar Kebersihan Sekolah Bobrok

Gelombang keracunan massal siswa akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan. Setidaknya enam wilayah di Indonesia melaporkan kejadian serupa dalam sepekan terakhir, menimbulkan kekhawatiran serius terkait standar kebersihan dan distribusi makanan dalam program nasional ini.

Dari Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, ratusan pelajar dari jenjang SD hingga SMA dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi makanan MBG. Data resmi RSUD Trikora Salakan per pukul 06.00 WITA mencatat 251 pelajar mengalami gejala keracunan, meliputi gatal-gatal, mual muntah, hingga sesak napas. 173 siswa telah diperbolehkan pulang, sementara 78 lainnya masih menjalani perawatan intensif. Pihak RSUD Trikora menyatakan, “Pasien yang masuk tercatat 251 orang, 173 sudah kembali ke rumah, sementara 78 masih dirawat dengan observasi 1×24 jam.”

Di Lamongan, Jawa Timur, 13 siswa SMA Negeri 2 Lamongan dirawat di RSI Nasrul Ummah setelah mengalami mual dan pusing usai mengonsumsi MBG. Menurut seorang guru di sekolah tersebut, para siswa mengeluhkan hal tersebut setelah makan siang. Empat siswa telah dipulangkan, sisanya menjalani rawat jalan.

Di Kadungora, Garut, Jawa Barat, 194 siswa keracunan setelah mengonsumsi nasi putih, ayam woku, tempe orek, sayur lalapan, dan stroberi dari Yayasan Al Bayyinah 2 Garut. Sebanyak 19 siswa membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit setempat.

Kasus serupa juga terjadi di Empang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Ratusan siswa, termasuk 94 dari MTSN 2, 20 dari MIN 3, 11 dari MAN 3, dan 2 dari SMPN 3, mengalami keracunan diduga setelah mengonsumsi makanan MBG. Pemerintah Desa Gapit melaporkan Puskesmas Empang penuh, sehingga teras dan mushola digunakan untuk merawat korban.

Di Baubau, Sulawesi Tenggara, 37 siswa SMA Negeri 7 dan SD Hidayatullah mengalami mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi MBG. Kepala Dinas Kesehatan Baubau, Fanti Frida Yanti, menyebutkan sampel makanan telah diambil untuk uji laboratorium. Pihak SMA Negeri 7 Baubau menduga kuat keracunan berasal dari ayam yang berbau tidak sedap.

Terakhir, di Semin, Gunungkidul, Yogyakarta, 19 siswa dari tiga sekolah berbeda mengalami keracunan yang diduga berkaitan dengan program MBG. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyatakan pihaknya langsung melakukan uji sampel makanan.

Kasus-kasus ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap program MBG. Meskipun sebagian besar siswa telah pulih, jumlah kejadian di enam wilayah berbeda dalam waktu singkat menuntut evaluasi menyeluruh. Pemerintah pusat dan daerah harus meninjau seluruh proses, mulai dari penyedia makanan, sekolah, hingga pengawasan di lapangan, untuk mencegah kejadian serupa terulang. Program yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak sekolah justru berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar jika tidak ditangani dengan serius.

Dapatkan Berita Terupdate dari CNews.id di: